TENTANG HIDUP
TENTANG HIDUP
Memiliki keluarga yang utuh adalah dambaan setiap manusia, itu tak terpungkiri sejak kita mulai beranjak remaja, fitrahnya insan manusia mulai mengenal dengan kata cinta. Meski tak tahu apa arti, makna dan tentangnya. Hingga dengan mengalirnya waktu kedewasaan itu datang, dengan sendirinya menghampiri tanpa harus di minta atau dinanti – nanti, tentu dengan beragam proses dalam mencapai kedewasaan itu.
Lambat laun kedewasaan itu semakin matang, maka mulailah setiap manusia memiliki rasa untuk menjalin hubungan dan berumah tangga. Mencapai suatu kebahagiaan yang hakiki dengan pasangan halalnya dan menyempurnakan separuh agama.
Kedewasaan itu semakin sejati dengan bertambahnya anggota keluarga lahirlah si buah hati menambah kebahagiaan dari keluarga kecil tersebut. Itulah proses kehidupan yang dijalani setiap manusia. Perjalanan dengan pengorbanan dan proses yang panjang seiring dengan berjalannya waktu.
Buah hati pun bertambah lagi membentuk keluarga besar. suasana keluargapun mulai berubah. Anak – anak telah bertambah besar bertambah dewasa dan kita yang menjadi orang tua tentu semakin menua.
Manusia tak selamanya akan abadi, entah balita, kanak – kanak. Remaja, dewasa, orang tua, manula semua akan kembali pada sang pemiliknya. Waktu yang tak bisa di minta atau di tentukan oleh manusia semua akan terjadi sesuai dengan kehendak yang Maha Kuasa.
Si anak akan menjadi yatim atau piatu atau yatim piatu. Si ibu akan menjadi janda atau ayah yang akan menjadi duda, kelak itu akan terjadi. Itu lah perhelatan waktu di dunia ini yang tak bisa di tentukan oleh manusia kapan kita akan berpulang kepada-Nya.
Sebab dari itu, semua harus dipersiapkan oleh kita sendiri, karena ada kehidupan kedua yang sedang menanti kita. Semoga kita semua berada dalam Lindungan dan RidhoNya. Amin Yaa Robbal Alamin.
PUISI TENTANG HIDUP
Ayah,
Tolong ambilkan handuk kecil dan air hangat
Baik bu…
Tunggu sebentar
Sabar yah nak ,
Demam mu akan segera berkurang
Ibu akan terjaga temani tidurmu
Suara itu mengalun merdu
Sambil terlihat air mata menetes
Sembunyikan percikan kesedihan diraut wajahnya
Kemarilah nak…
Ayah membelikan sepatu baru untukmu
Agar saat kau bermain bola tak terluka
Terdengar obrolan kecil di beranda dapur
“ Ayah memang ayah punya uangbelikan sepatu bola ?”
“ Ada sedikit bu, itu uang rokok yang ayah kumpulkan, dan ayah sudah tidak merokok lagi”
Bagaimana belajarmu nak ?
Pertanyaan itu kerap kali muncul seusai shalat Isya
Jangan tinggalkan sholat dan ngaji yah nak,
Untuk bekal kamu nanti kelak
Menjalani kehidupan ini.
Perlahan aku tertegun
Tediam seribu bahasa
Aku rindu semua itu
Rindu ayah …
Rindu Ibu…
Air mata ini terus menetes
Disela - sela kerut pipi ku
Yang kini mulai beranjak tua
Aries Supriady, Cicurug, 03 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus pa
MAKASIH IBU